Puntang, Petualangan Menantang Menuju Puncak Impian
by
Airo
- September 24, 2014
September 2014. Menjadi waktu yang bersejarah bagi BNW. Ya. Badai Nawa Wangsati. Itulah nama angkatan kami. Angkatan ke 11 Rimbawana. Di bulan ini kami baru melaksanakan Dikjut (Pendidikan Lanjutan), setelah beberapa bulan lalu terhalang libur semester. Dikjut ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan NTA (Nomor Tanda Anggota) Rimbawana. Itu artinya menandakan bahwa kami baru menjadi anggota muda, belum menjadi anggota sepenuhnya. Dari serangkaian dikjut itu, kali ini kami melaksanakan pendakian ke Gunung Puntang. Gunung yang letaknya di Banjaran – Bandung ini menjadi destinasi pendakian kedua kami, setelah sebelumnya ke Burangrang.
Pendakian ini dilaksanakan pada tanggal 20-21 September 2014. Tepat seminggu sebelum kegiatan mabim di kampus. Meskipun dapat dibilang telat, karena tidak sesuai agenda, kami tetap semangat melakukannya. Satu hal yang pertama kali kami sesali dan kami sedihkan, satu orang dari kami tidak dapat ikut serta. Mungkin dia mempunyai kepentingan yang jauh lebih penting dari ini.. jadilah pendakian kali ini kurang lengkap :’(
Pendakian ini dilaksanakan pada tanggal 20-21 September 2014. Tepat seminggu sebelum kegiatan mabim di kampus. Meskipun dapat dibilang telat, karena tidak sesuai agenda, kami tetap semangat melakukannya. Satu hal yang pertama kali kami sesali dan kami sedihkan, satu orang dari kami tidak dapat ikut serta. Mungkin dia mempunyai kepentingan yang jauh lebih penting dari ini.. jadilah pendakian kali ini kurang lengkap :’(
(Dokumen saat persiapan)
Kami berangkat dari kampus pukul 07.15, padahal jadwal yang kami rencanakan adalah pukul 05.00. ya, sekitar 2 jam ngaret :/. KarenaTruknya mengalami sedikit masalah teknis. Padahal tadinya kami ingin turun dari puncak sebelum sore. Tapii, yassudahlah. Inilah yang terbaik. Semuanya sudah terjadi. Bismillah.. dengan jalur Soekarno-Hatta, Gede Bage, Bojong Soang, dan seterusnya, truk yang kami tumpangi melaju dengan tenang. Sambil sesekali berhenti di dekat setopan merah.
Beberapa jam perjalanan kami lalui di dalam truk. Gelak tawa dan candaan, bahkan celotehan dari para sahabat pun ikut mewarnai perjalanan kami. Sampai akhirnya sekitar pukul 09.00 kami tiba di tempat tujuan. Yaitu di Banjaran, di bagian kaki Puntang. Disana kami disambut oleh beberapa orang anggota PGPI. Sebuah komunitas PA yang serupa dengan kami. Beberapa dari kami langsung menghubungi petugas disana (PGPI tersebut), sementara yang lainnya beristirahat di warung-warung yang sedari tadi melambai ke arah kami.
Beberapa jam perjalanan kami lalui di dalam truk. Gelak tawa dan candaan, bahkan celotehan dari para sahabat pun ikut mewarnai perjalanan kami. Sampai akhirnya sekitar pukul 09.00 kami tiba di tempat tujuan. Yaitu di Banjaran, di bagian kaki Puntang. Disana kami disambut oleh beberapa orang anggota PGPI. Sebuah komunitas PA yang serupa dengan kami. Beberapa dari kami langsung menghubungi petugas disana (PGPI tersebut), sementara yang lainnya beristirahat di warung-warung yang sedari tadi melambai ke arah kami.
(Saat Tiba dan Kaki Puntang, di Basecamp PGPI dan Track menuju Puntang)
Sekitar pukul 10.00 kami berangkat mendaki. Berhubung tidak akan ada camping di puncak, sebagian barang bawaan kami titipkan di basecamp PGPI. Mulai dari tenda, carier, bahkan beberapa daypack sekalipun yang dirasa tidak perlu. Supaya tidak memberatkan kami ketika mendaki. Dengan berdoa terlebih dahulu kami pun menuju track pendakian.
Track awal puntang sudah cukup membuat tenaga kami terkuras. Dengan diselingi istirahat, kami terus melaju naik. Setelah satu jam kami bari tiba di Shelter Zuhur. Tempat ini dapat dibilang pos pertama dari bawah.
Track awal puntang sudah cukup membuat tenaga kami terkuras. Dengan diselingi istirahat, kami terus melaju naik. Setelah satu jam kami bari tiba di Shelter Zuhur. Tempat ini dapat dibilang pos pertama dari bawah.
(Dok. Track awal Gn. Puntang)
(Dok. @Shelter Zuhur)
Kami melanjutkan perjalanan setelah beberapa menit berhenti di pos ini. Tidak beberapa lama, cuaca mulai menampakan perubahan. Sedikit demi sedikit puntang dipenuhi kabut. Sampai sesekali terdengar guludug yang mengagetkan kami. Setelah beberapa ratus meter di atas shelter zuhur, gerimis tiba-tiba menyapa kami. Semakin lama, gerimis berevolusi semakin lebat menjadi hujan. Kondisi track yang kami lalui pun semakin terjal dan licin. Hal ini membuat perjalanan kami terhambat. Situasi ini mengaharuskan kami untuk mengadakan RaKan (Rapat Dadakan) selama beberapa menit untuk mengambil keputusan antara melanjutkan pendakian dengan resiko licin atau turun kembali. Sungguh, keadaan ini membuat kami dilema untuk beberapa saat.
(Dok. Rapat Dadakan)
Setelah beberapa lama menimbang, dengan diiringi keyakinan dan optimisme yang tinggi, serta hujan yang alhamdulillah mulai reda, kami melanjutkan langkah pendakian. Memang, Allah itu selalu bersama orang-orang yang sabar . Berjam-jam kami mengarungi badan gunung. Beberapa pos pun kami lalui. Uniknya, pos di Puntang ini lain dari yang lain. Jika bisanya kita menghitung pos ini dari bawah, di Puntang ini justru sebaliknya. Kita akan terlebih dahulu menemui pos 5, bukan pos satu. Karena pos pertama di sini letaknya di dekat puncak.
(Dok. Pos-Pos di Puntang)
Track di puntang ini cukup sulit, karena sepanjang perjalanan hanya sedikit jackpot track yang kita dapat. Track disini hampir mirip dengan track Burangrang yang dikolaborasikan dengan Manglayang (bagian terjalnya ya :D ). Tapi, jangan sedih dulu, karena bonus view yang kita dapat jauh lebih banyak lagi. Apalagi setelah mendekati puncak Mega, kita akan disuguhi panorama alam yang luar biasa.
(gambar track & view sepanjang Puntang)
Akhirnya setelah sekian lama berharap. Sampai juga pos 1. Yes pos ini adalah pos yang paling dekat dengan Puncak. Itu artinya tinggal beberapa puluh meter menuju puncak Mega.
(Dok. Pos 1 (Pos Bangunan 1)
Beberapa menit berlalu, akhirnya kami tiba di puncak Mega. Yeaahh. We Did it. Kami langsung menikmati sambutan angin yang melegakan. Beruntung, setelah mencapai puncak, cuaca alam kembali bersahabat. Kami pun dapat menikmati keindahan alam di Puncak Mega. Untuk melepas penat selama di perjalanan, kami langsung menyantap perbekalan yang telah kami bawa. Tak lupa, kopi panas pun menjadi pilihan beberapa orang.
Kurang sedap rasanya jika belum mengabadikan moment indah di puncak tanpa dokumentasi. Kami langsung mengambil potret sekeliling. Mulai dari selfie, foto bersama, bahkan hanya sebatas pemandangannya pun tidak akan terlewatkan untuk kami abadikan. Baik di dalam camera ataupun di dalam long term memory. Sungguh tidak ada yang sia-sia ciptaanNya. Kita hanya bisa memandang, menyaksikan keindahan serta melestarikannya agar senantiasa terjaga sampai nanti.
(gambar di puncak dan makan makan juga foto narsisme).
Tidak terasa sudah beberapa jam kami berada di Puncak Mega. Langitpun mulai menampakan rona kemuramannya. Pertanda hari mulai memasuki waktu sore. Kami bergegas segera turun agar tidak kemalaman di jalan dan dapat tiba di bawah sebelum magrib. Waktu yang dibutuhkan untuk turun pastinya lebih cepat dari waktu pendakian. Dibutuhkan waktu sekitar 2 jam lebih untuk dapat sampai di bawah. Namun, itu juga tergantung stamina dan fisik para pendaki itu sendiri. Sungguh selama pendakian ke Puntang, banyak sekali hal-hal yang tak terduga yang dapat kami ambil hikmahnya. Mulai dari mengerti akan makna persahabatan yang sesungguhnya dengan alam, arti menjaga sahabat, bertemu orang-orang hebat, pendaki cilik, sampai kami harus menggunakan teknik repling pada saat turun. Memang kita tidak akan tahu bagaimana bersahabat dengan alam jika kita belum pernah berpetualang. :D
Salam Rimba #RIMBAWANA